Selasa, 16 Desember 2014



Bakat kreativitas dimiliki oleh semua orang dan dapat ditingkatkan melalui latihan dan rangsangan, sehingga perlu dilatih sejak dini. Bakat kreativitas yang tidak dilatih akan membuatnya tidak berkembang bahkan menjadi bakat terpendam. Guru-guru di sekolah formal umumnya hanya menekankan keterampilan dasar, seperti membaca, menulis, dan berhitung. Sementara untuk keterampilan yang membutuhkan kreativitas (kerajinan tangan, seni, dan sikap menghargai pekerjaan tangan) kurang dikembangkan. Alasan yang dikemukakan para guru antara lain:
  • Kurangnya sarana untuk mengembangkan keterampilan. 
Barang dan bahan bekas dapat dimanfaatkan untuk mengasah keterampilan.
  • Kurangnya waktu karena guru mengejar sasaran kurikulum yang ditentukan.
Keterampilan berpikir kreatif dapat dilakukan sewaktu mengajar dan tidak perlu waktu khusus untuk menerapkannya.
  • Dalam masa pendidikan guru, calon guru kurang dipersiapkan untuk mengajar secara kreatif.
Sebagai pendidik, yang terpenting bukanlah banyak tidaknya sarana dan prasarana yang tersedia, tetapi yang harus dilakukan adalah memupuk iklim yang menunjang pengembangan kreativitas, suasana yang membuat anak tertarik dan tertantang untuk beraktivitas secara kreatif. Pendidik harus memiliki sikap bahwa kreativitas anak didik adalah hal yang perlu dikembangkan. Berikut ini adalah beberapa saran untuk pendidik sebagai fasilitator dalam menciptakan suasana kondusif bagi anak berbakat[1]:
  1. Bentuklah pengalaman belajar sesuai dengan rasa ingin tahu alamiah anak melalui metode problem solving yang relevan dengan kebutuhan, tujuan, dan minat anak.
  2. Perkenankanlah anak untuk ikut serta dalam menyusun dan merencanakan kegiatan-kegiatan belajar.
  3. Berikan pengalaman dari kehidupan nyata (kontekstual) yang membutuhkan peran aktif anak dan kembangkan potensinya secara optimal.
  4. Guru bertindak sebagai sumber belajar, bukan sekedar penyampai informasi sehingga anak menerima pengetahuan sesuai kesiapannya.
  5. Berusaha agar program belajar luwes dan fleksibel untuk mendorong anak didik melakukan penyelidikan sendiri, percobaan (eksperimen), dan penemuan sendiri. Hal ini didasarkan bahwa pengetahuan dibangun atas konstruktivitas masing-masing pembelajar.
  6. Mendorong dan menghargai setiap detail inisiatif, keinginan mengetahui, dan menguji, serta orisinalitas ide.
  7. Membiarkan anak didik belajar dari kesalahannya dan menerima akibatnya selama tidak membahayakan jiwanya, sehingga pendidik dapat memberikan umpan balik yang akan menguatkan pemahamannya terhadap pengetahuan tersebut.
  
Pustaka:
Munandar, S.C. Utami. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia



[1] Barbe, W.B. & J.S. Renzulli (eds.). 1975. Psychology and Education of the Gifted. New York: John Wiley.

0 komentar:

Posting Komentar

Intro

Assalamu'alaikum. Selamat datang di blog sainsfikr.
Blog ini dibuat untuk memberikan informasi dan artikel-artikel bermanfaat, baik mengenai dunia pendidikan juga dunia teknologi.

Selain itu, blog ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan.

Mudah-mudahan blog ini dapat memberikan manfaat bagi kami, juga pengunjung. Terima kasih
Wassalamu'alaikum

Sering dibaca