Nabi Muhammad saw merupakan contoh manusia teladan. Michael H. Hart dalam bukunya, 100 Orang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, mencatat bahwa Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal spiritual maupun kemasyarakatan. Masih menurutnya, Muhammad mampu mengelola bangsa yang awalnya egoistis, barbar, terbelakang, dan terpecah-pecah oleh sentimen kesukuan menjadi bangsa yang maju dalam bidang ekonomi, kebudayaan, dan kemiliteran bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi yang saat itu merupakan kekuatan militer terdepan di dunia. Sebagai seorang pendidik yang ideal sekaligus profesional, Nabi Muhammad memiliki karakteristik yang dapat kita teladani, yaitu[1]:
1. Mengharap Ridho Allah swt
Faktor niat untuk memberikan nilai manfaat bagi ummat disertai keihkalasan dalam berilmu dan beramal adalah landasan utama pendidik untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Sebaiknya, salah niatan akan menjadi aral besar bagi kemajuan dunia pendidikan.
Dari Umar bin Khattab ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Semua amalan tergantung pada niatnya dan setiap manusia pasti ada niatnya. Barang siapa yang melakukan sesuatu karena ingin memperoleh keridhaan Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkannya. Barang siapa melakukan sesuatu untuk mencari kehidupan dunia atau ingin menikahi seorang wanita, maka ia pun akan mendapatkannya.” (HR. Muttafaq ‘alaih).
2. Jujur dan Amanah
Jika tidak ada kejujuran dalam kepribadian pendidik, maka tidak ada manusia yang akan percaya terhadap ilmu yang dimilikinya dan usaha yang telah dilakukannya. Kejujuran juga merupakan kesuksesan manusia di dunia dan di akhirat sesuai firman Allah dalam QS. At-Taubah [9], 199. “Hai Orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).”
Nabi Muhammad dikenal sebagai pribadi yang jujur dan dapat dipercaya, sehingga dijuluki “Al-Amin” yang artinya orang yang dapat dipercaya. Sahabat Rasul, Abdullah bin Salam berkomentar, “Ketika pertama kali aku melihat Muhammad, tidak tersirat sedikit pun kebohongan di wajahnya.” (HR. Tirmidzi dan Darumi).
3. Komitmen dalam Ucapan dan Tindakan
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shaf [61], 2-3).
Nabi Muhammad saw adalah orang yang menyuruh berbuat kebajikan dan ia adalah yang pertama yang melakukan kebajikan itu. Ia juga melarang manusia berbuat kejahatan dan ia juga yang pertama kali menjauhi kejahatan itu.
4. Adil dan Egalitarian
QS. An-Nahl [16]: 90, Allah menyuruh manusia untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan. Nabi Muhammad memberikan contoh keteladan dalam berlaku adil, “….tetapi demi Allah, andaikan Fatimah binti Muhammad mencuri, aku akan memotong tangannya.” (HR. Muttafaq ‘alaih).
5. Berakhlak Karimah
Nabi Muhammad adalah sebaik-baik manusia, baik fisik maupun jiwanya. Beliau memiliku budi pekerti luhur dan seorang yang lemah lembut, toleran, dan penyayang terhadap umatnya.
QS. Al-Qolam [68]: 4, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
6. Rendah Hati
Setiap pendidikdituntut untuk bisa bersikap tawadhu (rendah hati) karena memang aktivitas pendidik yang ilmiah, dedukatif, dan interaktif selalu bersentuhan dengan orang banyak (anak didik), sehingga mereka tidak akan canggung ketika bertanya ataupun berdialog.
Nabi Muhammad saw adalah orang yang paling pandai dalam bersikap dan bersifat rendah hati. Karena itu ia kerap kali mengajarkan kepada umat manusia untuk bersikap rendah hati, sesuai sabdanya, “Allah telah memberi wahyu kepadaku, yaitu agar kamu semua berendah hati, tidak saling membanggakan dan saling menyakiti.”
7. Berani
Keberanian berbicara dan mengakui kesalahan dimiliki oleh Rasulullah saw. Keberanian adalah bagian dari sendi-sendi keberhasilan. Sikap berani dalam dunia pendidikan dapat diimplementasikan dengan menyampaikan pengetahuan dengan sejujur-jujurnya meskipun pengetahuan tersebut bersinggungan dan bertentangan dengan nilai-nilai budaya dan kebijakan sang penguasa.
8. Menciptakan Nuansa Keakraban
Nabi Muhammad terkadang mengatakan hal-hal yang membuat sahabatnya tersenyum dengan kata-kata yang menyenangkan dan penuh jenaka. Hal semacam ini bermanfaat untuk mencairkan suasana tegang dan menambah keakraban. Suasana akrab menghilangkan rasa takut dan jengah, sehingga orang-orang yang terlibat pertemua menjadi bebas mengungkapkan isi hati dan pikirannya.
9. Sabar dan Mengekang Hawa Nafsu
Nabi Muhammad adalah manusia paling tegar dan sabar, dapat menguasai amarah. Kemarahannya dilakukan karena Allah, yaitu ketika eksistensi Islam dihinakan, kemarahannya menjadi pembatas antara yang benar dan yang salah. Bagi setiap pendidik, bila ia sanggup menguasai sifat amarah yang ada pada dirinya, maka hal itu merupakan tanda kekuatan dirinya dan bukan sebagai kelemahan, apalagi jika ia mampu mengimplementasikan apa yang ia harapkan, sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Kekuatan bukanlah ketika ia mampu menguasai manusia, akan tetapi kekuatan adalah ketika ia mampu menguasai dirinya ketika marah.” (HR. Muttafaq ‘alaih).
10. Baik dalam Tutur Kata
Allah swt melarang orang-orang beriman melakukan perbuatan saling mengolok-olok, menggunjing, dan member gelar yang buruk. Nabi Muhammad saw mengecam keras sikap mencaci-maki, berkata kotor, dan mengumpat. Jika seorang pendidik melakukan hal-hal tersebut, walaupun hanya eksplisit, maka hal itu merupakan aib besar yang mencederai dunia pendidikan. Akibatnya sangat berpengaruh buruk pada anak didiknya.
Pustaka:
Kusumawati, Zaidah dkk. 2011. Ensiklopedia
Nabi Muhammad saw Sebagai Pendidik. Jakarta: PT. Lentera Abadi.
[1]
Kusumawati, Zaidah dkk. 2011. Ensiklopedia Nabi Muhammad saw Sebagai Pendidik.
Jakarta: PT. Lentera Abadi.
good job
BalasHapusHaturnuhun..
Hapus___
Info saja, SainsFikr pindah ke www.sainsfikr.com
Haturnuhun..
BalasHapus___
Info saja, SainsFikr pindah ke www.sainsfikr.com